Kalau diingat-ingat dari jaman pertama pegang mobile phone... pertama kali saya pegang adalah milik tempat kerja saya... Car Phone. Dengan jaringan NSM. Alatnya diattach ke mobil. Gelombangnya kalau tak salah di 450, bukan 900, 1800 atau 1900 seperti GSM saat ini.
Kemudian bergeser ke Indosat, saat masih awal dan harus mendaftar sendiri di daerah CBD Sudirman Jakarta, harus berlangganan dan pakai KTP. Sistem GSM.
Dari gadget juga bergeser dari jaman Erricson ada flip-nya, yang kalau jatuh, baterai dan penutup baterainya lepas, tapi dipasang lagi dan nyambung lagi. Yang antenanya bisa diganti dengan yang lebih pendek dan bentuknya semacam kelereng kecil di ujungnya.
Lalu bergeser lagi ke Samsung SGH.
Terus Nokia yang berwarna Nokia 8230. Karena sinyal di tempat kerja agak susah, lalu saya taruh di atas pintu dan raib karena dicuri orang. Harga saat itu sekitar 2 jutaan lebih.
Masih dengan Nokia... merembet ke Nokia Communicator yang kecil. Orang memanggilnya batu bata, hahaha...
Pada dasarnya saya orang yang penyayang (.... bwahaha... promosi...), sayang terhadap istri, anak-anak, bahkan hewan peliharaan... Ibu saya bilang, memelihara itu butuh komitmen yang kuat, butuh ketelatenan, butuh ketekunan ... karena itu merupakan sesuatu yang bernyawa. Betul. Sampai saya sendiri boleh dibilang tidak mau mengambil inisiatif membeli binatang peliharaan, kecuali ikan hias ataupun kura-kura. Karena ya itu tadi, takut kurang mampu mengurus dan membuat binatang tersebut sakit dan meninggal.
Tetangga yang memiliki anjing, pernah menawarkan untuk memberi anak anjingnya kepada saya, gratis. Itupun masih saya tolak. Suatu saat, sekitar tujuh bulan yang lalu, istri saya bilang sudah membeli seekor anjing dan tinggal menunggu datangnya anjing tersebut. Istri dan anak-anak saya berkali-kali meminta membeli anjing dan saya selalu tidak memperbolehkannya. Hahaha... mereka tahu kalau meminta ijin tidak bakalan diijinkan, sehingga mempergunakan hak veto ibunya yang juga penyayang anjing. Halvor adalah seekor anjing Siberian Husky yang dibeli oleh anak sulung saya, James.
Masih ingat tentang anggota keluarga kita yang berkaki empat ? Seekor Siberian Husky milik koko James sudah berumur satu tahun. Bagi pencinta anjing, atau yang terbiasa memelihara anjing, tentunya mahir dalam melatih anjing peliharaanya. Halvor adalah anjing pertama di keluarga kita, jadi harap maklum kalau kita belum punya pengalaman untuk melatihnya. Bagi keluarga dengan dana yang berlimpah, bilamana tidak mempunyai waktu maupun keahlian, mereka dapat membawanya ke sekolah anjing untuk melatih anjingnya... ya... hahaha.. betul, sekolah untuk anjing. Nah, budget kita sungguhlah ketat, jadi ya kita latih sebisanya. Kalau ada yang kurang berkenan, mohon maaf, dan mohon berikan saran atau pendapat di kolom komentar di bawah post ini.
Kembali ke sang bintang kita kali ini, Halvor. Halvor sudah dilatih untuk naik ke motor bebek milik kita satu-satunya. Saat berumur kurang dari setahun, belum mahir melompat, badannya masih lebih pendek, sehingga harus ada pijakan sekitar 30 cm dulu untuk bisa naik ke motor. Saat ini Halvor sudah bisa loncat dan memanjat motor untuk duduk di papan yang saya sediakan di depan tempat duduk saya.
Kegiatan bermain air sangat menyenangkan bagi saya, dan mungkin juga bagi teman-teman semua. Bagi yang belum menyukainya, cobalah sesekali bersnorkeling ria di tempat dimana banyak karang yang indah dan banyak ikan lautnya. Semoga dengan kegiatan awal tersebut, membuat teman-teman tertarik untuk menyenangi lebih lanjut dunia main air ini.
Bermain air di kolam renang outdoor, menyebabkan badan kita terpapar sinar matahari, sering kita lihat kulit teman-teman jadi lebih eksotis... gelap... bahkan gosong. Bermain air di lautpun menyebabkan badan kita terekspose kepada sinar matahari dan kehidupan laut. Saat terakhir kali ke Pulau Payung, 28 Agustus lalu, banyak ditemui ubur-ubur kecil dengan diameter 2 centimeter dan tentakel sepanjang 5 cm. Ubur-ubur ini tidak mematikan, tidak juga mencederai kita, namun saat menyengat bisa membuat kita cukup jengkel karena gatal sengatannya saat itu. Belum lagi resiko kena gigitan plankton yang mirip-mirip dengan gigitan nyamuk yang dahsyat. Selain itu juga dengan sedikit proteksi badan kita dengan suhu air, agar tidak hipotermia.
Hari ini, hari Minggu, merupakan hari libur saya. Biasanya saya bermain air, namun sudah sekitar hampir seminggu ini, kondisi badan kurang baik, sehingga pilek dan batuk. Iseng-iseng membuka email dan mendapati notifikasi email di gmail yang berisi pemberitahuan mengenai pemasangan iklan jual barang di OLX.co.id .
Nama yang cukup unik dari TokoBagus.Com yang kemudian diakuisisi oleh OLX dan menjadi OLX Indonesia... OLX.co.id. Bagi saya yang terbiasa berbahasa Jawa ngoko... OLX dipelesetkan menjadi O elek.. Dari toko bagus ko jadi elek...
Tanggal 31 Januari 2016 yang lalu, kami memiliki anggota keluarga baru. Seekor anjing pesanan istri dan anak-anakku. Seekor husky berbulu putih dengan variasi bulu hitam di ujung-ujungnya. Si koko James memberinya nama Halvor. Nama Halvor sendiri berasal dari Norwegia, biasanya untuk nama laki-laki, yang mempunyai arti rock guardian. Halvor lahir bulan September 2015, demikian menurut penuturan pet shop tempat istriku membelinya.
Halvor mempunyai hobi mencelupkan kedua kaki depannya ke ember besar, kemudian memercikkannya ke semua badannya. Husky merupakan hewan yang terbiasa hidup di daerah dingin. Berbulu lebat dan bagus. Mukanya seperti serigala, makanya sering disebut wolf dog. Barangkali memang dulunya adalah keturunan dari serigala. Hahaha... meneketehe...
Terbiasa bermain di Kolam Renang Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat... membuat kita terlena. Teman-teman dari berbagai komunitas juga terbiasa di Senayan. Rencana renovasi Senayan yang diundur terus makin membuat kita malas untuk mencari alternatif kolam lain. Saat ini kolam Senayan sudah ditutup dan memasuki masa renovasi.
Hari Sabtu pagi, 16 April 2016, pukul 04:30, matahari belum bersinar, istirahat masih kurang rasanya, badan belum siap untuk melakukan aktivitas, setelah semalam pukul 1:30 baru saja selesai packing.
Saat itu Gojek yang saya panggil belum datang, sudah 10 menit lebih. Akhirnya saya telepon dan ternyata pengemudi baru tau kalau dia harus membawa saya ke Kaliadem. Alasannya sistem yang melakukan pemilihan, bukan dia yang mengklik menerima order saya. Sepuluh menit kemudian barulah dia datang.
Kali ini tanggal 25 Maret 2016 malam, bersama BPJ dengan total 34 peserta, berangkat naik bus menuju Desa Sumur. Perjalanan melalui Serang, lalu Pandeglang, Labuan, Cibaliung, dan terakhir di Desa Sumur ditempuh selama 6 jam. Sesampai di Desa Sumur, Banten, sekitar pukul 5 pagi tanggal 26, masih terlalu dini. Desa masih gelap dan penduduk masih beristirahat. Rombongan sebagian bersembahyang di masjid. Setelah sarapan pagi, kemudian kita berangkat ke kapal.
Pulau Badul adalah persinggahan pertama kita selepas Dermaga Desa Sumur. Pulau ini sangat kecil. Kita tidak mendarat di pulaunya, hanya membuang jangkar dan snorkeling di depannya. Dasar laut bagian depan berupa pasir. Terlihat ada meja-meja kayu kecil yang diberi pemberat. Nampak beberapa anemon kecil di atas meja-meja tersebut, mungkin belum lama ditempatkan di sana.
Pulau Sangiang, Banten, pernah saya kunjungi tahun lalu, one-day-trip juga, sama dengan kali ini. Penyelenggaranya juga BPJ. Hal yang membuat trip kali ini berbeda adalah keikutsertaan anak putri semata-wayang, Grace Tk. Itulah fokus trip saya kali ini. Kakak dan adiknya sudah lebih dahulu ikut ke laut pada trip sebelumnya.
Berangkat 19 malam, menuju Masjid Agung di Cilegon, kemudian meneruskan ke Pelabuhan Paku Anyer. Tanggal 20 paginya, 2 kapal yang membawa 34 peserta, berangkat menuju Pulau Sangiang. Meskipun pagi hari sempat hujan, namun saat kita berangkat cuaca cerah, pulau terlihat dari daerah Anyer. Lautpun bersahabat, tidak terlalu berombak.
Malam hari, pukul 7, Hari Jumat, 11 Maret 2016... menuju ke Terminal Kalideres untuk naik bus kota ke Pelabuhan Merak. Bertemu dengan rombongan menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Setelah sampai di Bakauheni, kita menaiki bus yang kita sewa untuk menuju lokasi di Pulau Kiluan. Jalanan yang super jauh dan banyak segmen jalanan rusak. Bus yang kita naiki rasanya terlalu besar untuk menuju lokasi tersebut.
Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016, pagi-pagi berangkat naik Go Jek... moda transportasi motor online yang baru kali ini saya coba. Tepat sekali ternyata saya menggunakan Go Jek, karena sesampai di Muara Angke menuju Kaliadem banjir sekitar 20 cm. Bahkan abang Go Jek-nya sampai terpaksa memasukkan kakinya ke dalam air keruh yang sangat berbau dikarenakan jalanan macet dan harus berhenti dahulu. Selayaknya saya memberikan tips untuk dedikasinya yang luar biasa.
Senang sekali bepergian dengan teman dari berbagai komunitas. Kali ini beberapa rekan dari komunitas Freedive Jakarta mengajak main air di Pulau Pramuka, ajakan yang cukup mendadak dan tanpa planning jauh-jauh hari.
Kali ini berangkat 29 Januari 2016 malam via Terminal Kalideres, lalu ke Merak. Di Merak rombongan sebanyak 24 orang kumpul untuk menyeberang ke Lampung dengan feri Adinda Windu Karsa.
Suasana dek luar Kapal Adinda Windu Karsa. Kita bisa bersantai sambil ngobrol dan makan-minum dengan pemandangan pelabuhan, laut, dan bintang-bintang.
Hari Sabtu malam, tanggal 16 Januari, pukul 10 berangkat dari Teminal Kalideres naik bus malam dengan Steve Tedjo dan 11 orang lainnya menuju Mall of Serang di Serang Timur. Kemudian dengan 27 orang lainnya... total 40 orang kita menuju Pelabuhan Karangantu dengan menyewa 4 mobil angkot. Kali ini kita ikut rombongan Backpacker Jakarta dikoordinir oleh Bang Muhamad Sigit (Baim) dan Mas Eko Purwanto dengan guide Alay.
Sesampainya di Pelabuhan Karangantu, kita beristirahat sambil menunggu pagi. Saat malam hari, datang tanpa diduga Bang Ridho July, guide lokal saya di kunjungan kedua, kunjungan sebelumnya. Maklumlah antar guide saling kenal dan saling bersahabat. Sembari menunggu datangnya pagi, semua teman beristirahat, ada yang di kapal, ada yang di beranda kios di dekat kapal. Sekitar pukul 5 pagi, dua kapal berangkat ke Pulo Tunda. KM Mandiri berkapasitas 30 orang digunakan dengan tambahan satu kapal yang berkapasitas lebih kecil.
Rumah makan ini dahulu dikenal dengan nama Rumah Makan Yun Sin, menyediakan aneka Chinese Food. Namun yang terkenal katanya masakan mie-nya yang enak dan terjaga rasanya dari dahulu sampai sekarang.
Noodle time... Laris dan terkenal, tapi rasanya biasa saja buat saya... atau memang perut masih kenyang dengan breakfast dari hotel Novotel Resort di Bogor yang sengaja overload. — at Rm Sahabat Yun Sin Jl Sudirman Bgr.
Beberapa hari sebelumnya...tepatnya tanggal 24 Desember 2015, kita akan pergi ke arah Taman Safari Cisarua, saat itu rencananya berangkat pagi-pagi sekali, namun apa daya, berangkat agak kesiangan karena anak dan istri terlambat bersiap. Tanpa diduga memang ternyata kita hanya bisa sampai di dalam Jalan Tol Dalam Kota di Daerah Slipi dan harus memutuskan keluar di Pancoran dan kembali ke rumah. Ternyata jalanan sudah mulai macet saat tanggal 23 Desember dikarenakan long weekend. Akhirnya memang ada pak Dirjen yang mengundurkan diri karena hal tersebut (klik di sini untuk beritanya).
Khawatir kemacetan bisa terulang walau tidak separah itu, enam keluarga memilih untuk berlibur di Bogor saja mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 3 Januari 2016.. Disepakati menginap di Hotel Novotel di Bogor dengan pertimbangan dekat dengan pintu tol Bogor. Beberapa tahun yang lalu kita memang pernah menginap di hotel ini. Suasananya memang asyik. Hotel Novotel ini masuk cukup dalam ke dalam area perumahan, dan taman yang cukup luas dan rindang. Kita menginap dua malam di sini. Baiklah, dengan bahasa campuran kita mulai meninjau kolam renang dan aktivitasnya..
Delapan anggota grup Main Air Yuuk ikut memeriahkan suasana sebuah trip. Kali ini kita menggabungkan diri dengan rombongan open trip Ardventure yang sudah terisi 6 orang peserta dan 2 crew. Open trip Ardventure sendiri merupakan suatu open trip yang sedang berkembang yang dimiliki oleh mas Gusti Rahmat. Memang belum sebesar trip operator lain yang relatif lebih lama. Semoga semakin maju. Kita berharap keikutsertaan kita di trip tersebut memberi suasana lebih meriah dan membantu meringankan biaya yang harus dibagi kepada peserta keseluruhan. Untuk anggota MAY diberlakukan share cost.
Berangkat tanggal 5 Desember 2015 pagi via Kali Adem, naik Kapal Bima berhenti di Pulau Payung Besar, kemudian Kapal Bima melanjutkan lagi ke Pulau Tidung Besar.
Kolam renang Senayan sedang keruh, kolam lain kabarnya juga sama, apa daya... Ada baiknya menjelajah pulau yang dekat saja, yang bisa berangkat dan pulang hari yang sama, Motoran saja ke Tanjung Pasir menyeberang ke Pulau Untung Jawa. Ada satu teman yang katanya mau ikut serta motoran, ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Screenshot Google Map pun sudah dilayangkan, tertap saja tidak tahu kabarnya. Ah sudahlah... lanjut saja. Motor bebek Honda saya tetap melaju santai namun pasti. Sambil sesekali mencek lokasi di peta.
Saat terakhir ke sana, saya menggunakan mobil lewat jalan tol dan itupun nyasar karena salah mengambil pintu keluar tolnya. Ada pintu baru yang saya kira harus keluar di situ. Dulu pintu tol itu tidak ada. Kali ini saya melihat peta dan mencari jalur lain, lewat Jalan Jurumudi.
Sudah lama beberapa teman berceerita mengenai makanan yang namanya Sop Duren. Sedari kecil, yang namanya sop adalah sayuran yang diberi kuah dan direbus, jadi itulah yang tertanam di benak saya. Nah ... bayangkan duren dikasih air dan direbus... ahahaha...
Daerah Serang terkenal dengan buah durennya. Di daerah Serang pula ada warung sop duren yang sangat terkenal. Sembari menemui sang tuan rumah, BPI Chapter Serang, yang belum sempat kita temui dari sejak Jumat malam karena mereka sedang pergi ke Festival Tanjung Lesung, maka tepat saat kita pulang dari Pulau Tunda (klik di sini untuk tripnya) kita menemui mereka di sini. Tepat siang tadi mereka juga sampai di kota Serang kembali.
Pagi hari setelah bangun dari basecamp BPI Chapter Serang, kita berjalan di sekitarnya dan menemukan warung kecil di dekat perempatan Sumur Pecung, Serang.
Saya pernah mendengar bahwa dalam hal makan paling penting adalah sarapan, dan setengah penting adalah makan siang, dan terakhir makan malam merupakan hal yang paling tidak penting. Makan malam yang baik paling lambat adalah pukul 6 sore. Makan malam disebut paling tidak penting, karena pada umumnya manusia tidak bekerja pada malam hari. Manusia akan beristirahat pada malam hari, sehingga tidak memerlukan energi tambahan lagi.
Backpacker Indonesia Chapter Tangerang merencanakan trip ke Pulau Tunda jauh-jauh hari sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, beberapa inisiator trip ini mengalami hubungan yang sedang tidak mulus. Peserta menjadi terpecah dan beberapa orang batal mengikuti acara ini. Saya termasuk orang yang awalnya memang tidak ingin ikut trip ini, karena sudah pernah sebelumnya, namun ingin memberi semangat agar acara ini tetap berjalan dan sukses.
Akhirnya saya memutuskan untuk ikut serta dalam trip ini. Dari peran yang hanya sekedar ingin membantu, akhirnya mengajak beberapa teman yang bukan dari BPI Chapter Tangerang untuk ikut serta.
Setelah berenang di kolam renang STPI Curug, kita pergi agak jauh ke Tangerang ... mampir ke Travelmie. Tempat makan yang unik, pengunjung bisa makan di dalam tenda atau di meja kayu dengan kursi lipat ala pendaki. Harga makanan dengan porsi sedang termasuk kategori sedang, tidak murah, tapi tidak mahal. Lumayan untuk memenuhi rasa keingintahuan.
Hari Minggu biasa ke kolam renang Senayan, ternyata info ada Grand Final Piala Presiden dan dianjurkan menghindari kawasan GBK karena alasan keamanan dan kepadatan. Coba mencari kolam daerah Jakarta Barat dan sekitarnya yang belum pernah saya datangi dan cukup dalam. Dari warga BPI chapter Tangerang didapat info kolam renang di STPI Curug (PLP) dengan kedalaman 5 meter.
10 Oktober 2015, total 44 orang berkumpul di Kaliadem untuk berkemah di Pulau Karang Congkak di Kepulauan Seribu. Pulau Karang Congkak pulau yang kecil dengan pantai berpasir yang landai, sehingga kapal kecil berkapasitas 25 orang tidak dapat merapat. Untuk naik dan turun kapal, kita harus menggendong barang bawaan kita agar tidak terkena air laut. Setelah mendarat kembali, 9 orang memutuskan segera pulang, 35 orang sisanya makan seafood di Muara Angke.
Perjalanan dari Jakarta ke Pulau Tunda, di daerah Banten, baru pertama kali saya lakukan. Start dari rumah naik ojek ke Terminal Kalideres, kemudian disambung naik bus arah Labuan turun di Pintu Tol Serang Timur. Dari meeting point tersebut dilanjutkan lagi naik angkot ke Pelabuhan Karangantu. Sekitar 2.30 jam naik perahu nelayan, barulah kita sampai di Pulau Tunda.
Dalam dua hari ... ada empat spot snorkeling yang kita dapat. Karang-karang indah yang beraneka ragam bentuk dan typenya. Sempat turun freedive sampai 10 meter, sementara teman-teman main di 2-5 meter. Kamera underwater saya sedang flu, jadi sebaiknya teman-teman datang dan menyaksikan sendiri di sana. Sebenarnya dengan tidak membawa kamera underwater, kita lebih bisa menikmati setiap detik kita di dalam air.
Empat belas orang menuju Pulau Hiu, sesampainya di Pulau Harapan ada penambahan 4 orang lagi rombongan dari Bekasi yang belum mempunyai tujuan dan akhirnya ikut ke Pulau Hiu. Delapan belas orang camping di sana. Dalam perjalanan antara Pulau Harapan dan Pulau Hiu, kita berhenti di dua spot snorkeling. Sayang banyak partikel terbawa arus air yang menyebabkan hasil yang kurang bagus untuk foto underwater. Pulau Hiu (Yu Besar) tidak memiliki fasilitas air tawar dan tidak ada penghuninya.
Mempersiapkan tenda dan hammock, sesampainya di Pulau Hiu — at Pulau Hiu, Kepulauan Seribu.
Bersepuluh kita menuju Pulau Harapan dan sekitarnya. Dalam masa puasa ini, Pulau Harapan sempat ditutup untuk wisata selama beberapa hari, beruntung tanggal 4 Juli 2015 sudah dibuka. Jumlah wisatawan yang sedikit membuat kita semua menikmati trip kali ini dengan lebih menyenangkan bila dibandingkan dengan trip ke Pulau ini sebelumnya.
Kapal Miles 2 geladak bawah, terisi kurang dari 20 orang saja, di antaranya kami bersepuluh. Sementara geladak atasnya penuh tapi tidak berdesak-desakan. — at Dermaga Pelabuhan Muara Angke.
Ada beberapa acara yang sedianya akan diikuti, namun satu persatu tidak jadi dilaksanakan pada tanggal 6 Juni oleh penyelenggaranya, dan info pembatalannya baru diterima pada tanggal 5. Memang setiap bulan, saya menjadwalkan sekali untuk pergi ke pulau-pulau yang dekat saja. Akhirnya mencoba mencari open trip yang masih bisa diikuti pada sore hari tanggal 5 tersebut. Beberapa open trip rata-rata sudah penuh. Akhirnya tersambung dengan Chevis Lie, salah satu penyelenggara open trip. Dari Chevis Lie, saya diarahkan ke Mas Dida Adjie. Pas sekali Mas Adjie punya open trip yang masih bisa disisipin satu peserta.
Packing dadakanpun dilakukan malam itu. Tanggal 6 Juni 2015 pagi, berangkat ke Pelabuhan Muara Angke. Peserta open trip hanya 11 orang di luar crew travel dan lainnya, dan ini merupakan trip dengan jumlah peserta paling sedikit yang selama ini saya ikuti.
Tanggal 16 Mei, sekitar 30 orang berangkat dari Pelabuhan Muara Angke, menaiki kapal Miles 2 menuju Pulau Harapan, di Kepulauan Seribu. Dari Pulau Harapan barulah kita menuju Pulau Sepa dan Pulau Papateo. Camping ceria di Pulau Papateo, berenang di pantai, lalu esoknya dalam perjalanan pulang ke Pulau Harapan, mencoba menurunkan tali di Pulau Kayu Angin. Persiapan yang kurang detail dan miskomunikasi membuat trip ini relatif tidak sukses. Bagaimanapun juga nikmati saja dan terima kasih buat teman-teman yang sudah mengkoordinir dan ikut serta menemani di trip ini.
Hari kedua, setelah berlatih freedive di Pulau Pramuka (klik di sini) dengan menggunakan kapal hopping island atau sering disebut kapal snorkeling, kita mempunyai waktu untuk menelusuri pulau ini. Tanggal 26 April 2015, kita berjalan ke sisi lain dari pulau. Ada tempat penangkaran penyu di Pulau Pramuka ini. Tempat penangkaran penyu ini mengkonservasi jenis penyu sisik.
Di Pulau Pramuka terdapat rumah untuk penangkaran penyu. Papan menuju tempat penangkaran penyu, 100 meter lagi. — at Pulau pramuka(kepulauan seribu.
Sepulang dari trip ke Pulau Pramuka ( klik di sini ) kita sepakat untuk kembali menambah energi di Rumah Makan Hajah Leha, yang terletak di Pujaseri (Pusat Jajanan Serba Ikan) Muara Angke..
Rumah makan ini cukup favorit buat kita yang sering pergi ke pulau. Biasanya jika masih ada sisa uang share cost, kita akan pakai beramai-ramai, lalu kekurangannya baru kita hitung dan dibagi rata sesama peserta. Bumbu masakan juga cukup nikmat, ada bumbu mangga muda, ada sambal yang lain juga. Ibu pemilik warung juga cukup ramah. Dan juga tersedia free wifi dari Telkomsel.
Hari Sabtu pagi berangkat bersama dari Pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu, di sebelah utara Jakarta. Rombongan mayoritas dari Jabodetabek, ditambah dua kakak beradik dari Bandung. Cuaca cerah, homestay relatif nyaman, spot diving yang belum sesuai harapan. Terima kasih buat teman-teman semua, khususnya Kang Rakay dan Neng Mutiara yang mau sabar mengajari orang tua menyelam sampai 12 meter FIM dan 11 meter CWT.
Letak Pulau Pramuka di antara pulau-pulau lainnya di Kepulauan Seribu. — at Pulau pramuka(kepulauan seribu.
Pada mulanya saya bertanya ke teman-teman grup freedive, adakah rencana di bulan Maret 2015 ? Dan dijawab tidak ada. Kalau memang ada rencana, saya akan memprioritaskan pergi bersama teman-teman freediver.
Dua hari kalender merah 21-22 Maret, sayang kalau tidak diisi. Mas Imam Wahyudi (atau biasa dipanggil Iyud) mengajak saya ke Pulau Pahawang. Baguslah, saya belum pernah ke Pahawang sebelumnya.
Mendekati tanggal 21 Maret, teman-teman freediver lalu memunculkan rencana jalan-jalan. Ke Pahawang juga ... wahahaha... kacau... Mas Iyud cukup pengertian dengan menyarankan saya membatalkan trip bersama rombongan mas Iyud, dan mengikuti rombongan teman-teman freediver saja. Namun buat saya, komitmen tetaplah komitmen. Saya berusaha memenuhi sebisa mungkin apa yang saya katakan kepada orang lain.
Berangkat dari Jakarta 2 April 2015 malam, dari Terminal Kalideres bus melaju ke tujuan Pelabuhan Merak. Kemudian menaiki kapal ferry Merak - Bakauheni.
Sembilan orang dari Jakarta, bermain air bersama delapan orang tuan rumah X3X (Extreme Expedition) Lampung - Freediving dan Spearfishing, di beberapa tempat di sekitar Pahawang, Lampung Selatan.
Pulau Pari terletak di Kepulauan Seribu. Berkumpul di daerah perempatan Cengkareng - Daan Mogot, menggunakan mobil angkutan umum plat hitam ke pelabuhan Muara Kamal, tempat pelelangan ikan Muara Kamal, kemudian 38 orang menyeberang menggunakan dua perahu sewaan. Di Pulau Pari kita mengunjungi Pantai Pasir Perawan, dan kemudian dua spot snorkeling. Dari dua spot snorkeling tersebut saya berpendapat bahwa karangnya sudah mulai rusak, lalu anemon lautnya sangat minim, syukurlah masih cukup banyak ikannya.
Pulau Untung Jawa adalah salah satu pulau diantara 200an pulau di Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu berada di bawah naungan Propinsi DKI Jaya. Uniknya pulau ini lebih dekat dengan Pelabuhan Tanjung Pasir yang berada di wilayah Tangerang yang masuk ke dalam Propinsi Banten. Dari Pelabuhan Tanjung Pasir, cukup dijangkau dalam waktu 20-30 menit saat cuaca cerah, dan sekitar 30-45 menit bila cuaca tidak mendukung, seperti saat ini. Banyak sekali kapal rakyat yang melayani setiap saat tanpa yang rutin berangkat tanpa jadwal.
Pagi itu saya berangkat dari rumah sendiri, anak-anak tidak ada yang mau ikut. Lalu saya mengajak dua keponakan, Erik dan Nikolas, untuk menemani. Pagi itu hujan sangat deras. Kita berangkat agak siang. Lalu mencoba mencari jalan ke arah Tanjung Pasir, ini kali pertama saya menuju ke arah Tanjung Pasir tanpa guide yang sudah pernah ke sana. Kedua keponakan saya juga tidak hafal jalan ke sana. Seingat saya masuk tol bandara dan keluar menuju arah utara. Rupanya saya keluar lebih cepat dan berjalan berputar bolak-balik ke arah Menceng. Sampai menembus jalan yang cukup kecil dan membingungkan. Dengan dipandu Google Map dan bertanya ke penduduk yang dilalui, akhirnya sampailah di Pelabuhan Tanjung Pasir siang itu. Mungkin sekitar pukul 1 siang. Lama sudah berkendara berputar-putar. Cuaca mendung dan berangin kencang.
Bersama dengan 37 orang. Trip satu hari menuju tempat yang belum pernah saya kunjungi ini. Alamnya bagus. Berbekal kamera di handphone medium level seadanya, cukuplah untuk sekedar dokumentasi dan ringkas. Teman-teman banyak yang hobi foto dan membawa kamera digital SLR. Terima kasih fotonya dipajang di sini. Sempat bersnorkel ria di satu spot. Maaf tidak punya kamera underwater, padahal viewnya bagus. Ternyata masih banyak spot lain yang belum dikunjungi. Waktu satu hari tentunya tidaklah cukup. Semoga masih ada kesempatan ke sana lagi. Terutama untuk snorkeling atau entah kalau bisa belajar diving.... semoga.
Sebelum sampai ke Bandara, kita mengisi perut dahulu di Sanur. Tujuan kita adalah warung makan yang ngetop di Sanur. Saat itu memang saatnya perut keroncongan, warung yang tidak terlalu besar itu terisi penuh, bahkan sudah banyak pengunjung yang antri untuk segera mengisi bangku yang kosong.
Warung Mak Beng ini sangat laris, untuk makan di sini, kita harus menunggu orang selesai makan, tanpa reservasi. Saat kita makanpun, ada penonton yang menunggu setia kita sampai selesai makan untuk bergantian tempat duduk.
Hari Sabtu, 14 November 2015, kita menyelam sekitar 200 meter dari belakang hotel Paradise, menuju lokasi reruntuhan USAT Liberty. Tepatnya di belakang hotel Padma.
SEJARAH USAT LIBERTY USS Liberty (ID-3461) diluncurkan pada tanggal 19 June 1918 oleh the Federal Shipbuilding Company di Kearny, New Jersey, digunakan Angkatan Laut Amerika Serikat pada tanggal 7 October 1918. Liberty pernah membawa barang sebanyak 436 ton kargo US Army dan 2072 ton besi rel kereta api dari New York sampai ke Perancis.
USS Liberty (ID # 3461) Fitting out at the yard of her builder, the Federal Shipbuilding Co., Kearny, New Jersey, circa September 1918. This freighter was in commission from October 1918 to May 1919. (Photo: U.S. Naval Historical Center Photograph, September 1918)
Setelah kemarin bermain air di Japanese Shipwreck dan Submarine Mailbox di Amed, pagi ini, hari Jumat tanggal 13 November 2015, serasa cukup santai. Teman-teman yang muslim, siang ini akan mencari masjid di sekitar Tulamben, konon agak jauh, mengingat mayoritas di Bali beragama Hindu, dan agama Islam tidak banyak, sehingga masjid tidak banyak.
Pagi ini cuaca cerah, kita bersantai di halaman belakang hotel. Hotel ini di bagian belakangnya terdapat kolam renang untuk berlatih scuba diving, lalu ada resto, dan di bagian pelatarannya sudah di beri papan-papan kayu, sehingga kita bisa duduk santai di sana sambil memandangi pantai yang indah. Suasana ini cocok dimanfaatkan untuk berfoto-ria dan membuat video headstand.
Berpose di dek kayu dengan pemandangan Pantai Tulamben.
Berpose dengan om Unyil yang juga anggota komunitas Backpacker Bekasi (Bebek).
Video headstand.
Setelah itu, beberapa rekan yang akan mencari masjid bersiap-siap. Dan bagi yang tinggal, bisa melakukan acara bebas. Saya dan beberapa teman freedive di belakang hotel.
Koral dan ikan di pantai di belakang hotel kita menginap.
Koral, ikan laut dan bintang laut. Beberapa teman menjumpai penyu, ikan pari, moray eel, anemon dengan clown fish dan ikan lainnya.
Sore harinya kita menyewa beberapa buah sepeda motor dan menuju ke Rumah Pohon yang terletak di bukit di dekat hotel, melewati desa-desa.
Setelah matahari terbenam, kitapun berkendara naik motor menuruni bukit dan mencari warung makan untuk makan beramai-ramai.
Siang hari itu, tanggal 12 November 2015, kita pergi dari Hotel Paradise di Tulamben menuju ke Japanese Shipwreck spot di Amed. Pantai terletak di sebelah kiri jalan. Sebenarnya kita telah melewati suatu spot yang disebut Jemeluk Bay Submarine Mailbox. Setelah kembali dari Japanese Shipwreck kita barulah kita mampir bermain di mailbox ini.
Tempat parkir menuju Submarine Mailbox snorkeling spot.
Tanggal 11 November 2015, 14 orang berangkat dari Jakarta, satu orang berangkat dari Surabaya, bertemu di Bandara di Denpasar, Bali. Perjalanan kali ini bersama teman-teman pecinta olahraga selam bebas Satu Nafas Freedive yang biasa berlatih di Kolam Renang GBK Senayan, Jakarta. Pada trip kali ini, kita akan mengunjungi Amed dan Tulamben.
Sesampai di Bandara Denpasar, dengan menumpang tiga buah mobil kita menuju tempat saudara seorang teman peserta. Keesokan harinya, tanggal 12 November 2015, mobil Isuzu Elf yang kita sewa, datang menjemput kita dan membawa kita ke Paradise Palm Beach Resort di Tulamben.
Tanggal 4 Juni 2016, hari Sabtu pagi, kita sedang heboh di Pelabuhan Kaliadem. Pasalnya beberapa peserta belum muncul di pelabuhan. Ada yang masih ribut dengan ojek, ada yang masih ribut dengan kereta, segala macam urusan transportasi menuju ke Kaliadem.
Sementara itu para anggota geng Main Air Yuuk (MAY) sudah siap dengan karcis kapal dan barang bawaannya masing-masing di dalam gedung loket pembelian karcis di Kaliadem, Jakarta. Hari ini rencananya 28 orang akan berangkat ke Pulau Payung dengan dikomandoi oleh mbak Utami Nandawati Imaniar yang akrab disapa Nanda. Mbak Nanda yang masih single namun sudah punya calon dan kabarnya akan segera berlanjut ke jenjang yang lebih mapan ini, punya hobi travelling. Sengaja kali ini kita daulat lagi untuk mengomandoi trip ini.
Kolam renang Gelora Bung Karno Senayan sedang ditutup sehubungan dengan diadakannya Konferensi Asia Afrika, jadilah saya dan teman-teman Satu Nafas Freedive pindah bermain air ke kolam renang ini.
Buat saya jika dibandingkan dengan kolam Senayan, secara keseluruhan kolam Senayan lebih jernih airnya, lebih banyak kolamnya, dan lebih besar ukuran kolam loncat indahnya.
Untuk ruang gantinya, Senayan kalah dalam hal perawatannya dibandingkan dengan ruang bilas dan ruang ganti di kolam marinir ini.
Masa puasa bagi teman-teman yang beragama Islam sedang berlangsung, masih banyak waktu sampai dengan Hari Raya Idul Fitri 6 dan 7 Juli 2016. Biasanya saat puasa memang aktivitas bermain air sedang surut. Kolam renang sepi. Pulau pun ikut sepi. Rencana awal tanggal 18 Juni akan ke Pulau Pramuka, namun karena berbagai hal, akhirnya diundur menjadi tanggal 25 Juni 2016.
Kali ini memang kita akan lebih banyak berlatih menyelam lebih dalam dan mencoba berlatih dengan prosedur keamanan yang kita tahu. Memang terbatas, tapi tak ada salahnya terus berusaha. Safety first.
Dengan kondisi demikian, trip ini tidak diumumkan ke teman-teman di luar grup Main Air Yuuk. Terutama bagi yang lebih suka snorkeling cantik dan mencari spot-spot foto. Harap maklum.
Membaca media internet memang mengasyikkan, menambah ilmu, menambah wawasan dan menambah teman. Ibarat pisau bermata dua, atau uang logam yang memiliki dua sisi, internet juga tidak terbebas dari hal-hal negatif.
Setelah mampir di Pulau Spongebob, kita sampai kembali ke Derawan Fisheries. Mandi dan badan segar kembali. Karena jumlah peserta sudah berkurang, maka kamar yang kita pakaipun sudah kita kurangi.Peserta pria tinggal saya dan mas Diyan. Sementara peserta wanita masih ada mba Aqied, tante Evi, mba Dyah, mba Rosa, mba Marsha, tante Devi, dan ci Agnes.
Keesokan harinya, tanggal 17 Mei 2016, kita menaiki kapal dan kembali menuju Pelabuhan Tanjung Batu. Dari sana mas Harry mengambil mobil yang ditaruh di gudang Derawan Fisheries. Lalu kitapun kembali menuju Tanjung Redeb dengan dua buah mobil.
Kembali dari Tanjung Batu ke Tanjung Redeb. Numpang bergaya saja. — at Pelabuhan Tanjung Batu.
Di perjalanan kami berhenti untuk makan siang. Sesampai di Tanjung Redeb, beberapa rekan mencari oleh-oleh. Tidak banyak toko oleh-oleh di Tanjung Redeb. Ada kaos-kaos dengan sablon Borneo, Derawan dan sebagainya, namun produksi dari Bandung. Saya termasuk orang yang tidak suka meminta oleh-oleh kepada orang yang bepergian, demikian pula juga sangat tidak suka membawa oleh-oleh.
Dari toko oleh-oleh, terlihat di ujung jalan , jika kita lurus dari perempatan ini adalah komplek Kantor Kabupaten Berau, sedang di bagian kananya terdapat Masjid Agung. Ingatan saya kembali pada hari kedua saya di Tanjung Redeb ini.
Jalan lurus juga menuju ke Bandara Kalimarau dan Samarinda. Sementara kalau berbelok ke kanan, kita akan menuju ke jalan darat untuk ke Talisayan. Talisayan terkenal akan whale sharknya yang lebih besar daripada yang kita temui di bagan di Derawan.
Lokasi Papan petunjuk jalan. Lurus jalan ini sebelah kanan anda akan menemukan masjid raya. Sedangkan ujung jalan ini akan menuntun kita ke lokasi kantor Kabupaten Berau. — in Tanjung Redep, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Kembali ke Bandara Kalimarau. Saya menumpang pesawat Garuda bersama Marsha. Sesampai di Balikpapan, Marsha menumpuang pesawat Garuda ke Jakarta lebih awal, sedangkan saya sekitar satu jam sesudahnya. Tante Devi menumpang pesawat yang lain lagi, sehingga cukup kerepotan dengan urusan bagais dan boarding lagi.
Ah rasanya masih ingin di Derawan, namun rasa kangen kepada keluarga di Jakarta dan tanggung-jawab kepada pekerjaan dan menafkahi keluarga, mengharuskan saya kembali ke Jakarta. Saya bersyukur mendapatkan kesempatan liburan ini. Bertemu dengan kawan-kawan baru, pengalaman baru, tempat yang baru.
Syukur kepada Tuhan diberi kesempatan yang indah...
Terima kasih kepada keluarga yang sudah saya tinggalkan seminggu ini.
Terima kasih kepada keluarga besar mas Harry Gunawan dari Derawan Fisheries yang sudah memberikan undangan dan sponsor tunggal acara ini, bapak mas Harry yang sudah memberikan tumpangan kendaraan, istri mas Harry beserta kerabat yang sudah menyajikan makanan selama di Derawan Fisheries.
Terima kasih kepada Bapak Bupati Berau yang sudah mengundang makan siang.
Terima kasih kepada team trip ini... mas Angga, mas Ringga, mas Dhaniel.yang sudah memandu kami ke tempat-tempat wisata dan mempersiapkan keperluan selama trip berlangsung.
Terima kasih kepada team speedboat, kapten Juri, kapten Anwar, dan kawan-kawan.
Masih tanggal 16 Mei 2016 kala kita sudah harus mengakhiri bermain air di Danau Labuan Cermin. Dalam perjalanan kembali ke Pulau Derawan, kita mampir ke suatu pulau. Pulau ini tidak berpenghuni. Pulau kecil dengan dasar pasir ditumbuhi pohon kelapa dan beberapa pohon lain. Dataran yang rata saja, tidak berkontur tinggi.
Tidak perlu waktu lama untuk mengitari pulau ini. Saya terkejut melihat ada semacam tulang yang saya rasa menyerupai potongan tulang panggul manusia. Tak lama kemudian saya menjumpai tengkorak kepala manusia dan beberapa potong tulang lainnya. Lengkap sudah dugaan saya. Bukan main, saya belum pernah membaca mengenai pulau ini, dan tidak ada pemberitahuan dari mas Harry atau team lainnya mengenai pulau ini. Hanya disebutkan bahwa kita akan mampir di Pulau Spongebob... Hahaha iya... si Spongebob Squarepants yang ada di televisi.
Pulau Kaniungan Besar yang baru saja kita tinggalkan memberikan kesan tersendiri. Serasa masih perlu di eksplore dengan teman-teman yang bisa main di tempat yang lebih dalam, yang katanya banyak ikan besar-besar di tengah. Barangkali bersama teman-teman yang mahir spearfishing, bisa juga.
Masih relatif pagi saat kita meninggalkan Pulau Kaniungan Besar, tanggal 16 Mei 2016 ini. Boat membawa kita ke arah utara melewati Teluk Sulaiman. Tak lama kemudian, hampir pukul 10, boat kita sudah sampai di sebuah tempat seperti dermaga nelayan. Itulah Desa Labuan Kelambu, Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur. Boat kita merapat dan kita naik untuk pindah ke kapal kayu milik warga setempat yang lebih tenang dan lebih kecil.
Sampai di pelabuhan di Desa Labuan Kelambu, speedboat berlabuh di sini, dan kita berpindah ke kapal kayu yang lebih tenang untuk masuk terus ke Danau Labuan Cermin. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.
Sebenarnya ini baru sampai dermaga Labuan Kelambu, akan berpindah ke kapal kayu di belakang saya, tapi sudah ditulis Welcome to Labuan Cermin, dianggap pengunjung sudah pasti langsung ke sana.— at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.
Kapal kayu membawa kita melewati sebuah rangka jembatan besi untuk jalan mobil. Setelah melewati jembatan tersebut, kita masuk ke area semacam muara sungai yang luas sekali. Ada pilihan jalan untuk ke kiri maupun ke kanan, lalu kita mengambil jalan yang kiri, akhirnya kapal memasuki area yang lebih kecil. Area inilah yang kita sebut Danau Labuan Cermin. Jadi dari area tempat speedboat kita mendarat sampai Danau Labuan Cermin ini tetap tersambung, sehingga cukup dengan kapal kayu sampai ke area ini, tidak perlu tracking atau jalan di darat lagi. Lain halnya dengan Danau Kakaban dan Gua Haji Mangu yang kita kunjungi sebelumnya, di kedua tempat tersebut kita harus turun dari speed boat dan berjalan lagi karena terpisah oleh daratan.
Kita hanya perlu turun dan naik karena berganti boat saja, dan speed boat kita akan parkir di pelabuhan, namun alur air tetap tersambung, jadi antara lautan dan Danau Labuan Cermin, airnya berhubungan terus. Jadi bisa dimengerti air lautlah sumber air asin dan rasa asin di Danau Labuan Cermin tersebut.
Berganti dengan kapal kayu setempat, lalu melewati jembatan jalan raya ini untuk masuk ke semacam muara dan kemudian baru masuk ke Danau Labuan Cermin. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.
Memasuki area Danau Labuan Cermin, langsung terlihat berbeda dengan jalur yang kita lalui sebelumnya. Permukaan air yang jernih, kebiruan, sehingga kita bisa melihat sampai ke dasar, pohon-pohon yang tumbang, batu-batu dan sebagainya.
Kapal kita mendarat di dermaga mengapung berupa drum bekas yang sudah diberi lantai potongan kayu yang rapih. Tak menyia-nyiakan waktu kita segera memakai peralatan main air. Saya sendiri masih memakai rash guard hitam yang dipakai saat main air di Pulau Kaniungan Besar. Byuur.... terasa sekali air yang dingin.
Masker saya langsung berembun. Baru kali ini saya merasakan air yang sedingin ini di trip ini. Rasanya air di Danau Labuan Cermin ini lebih dingin daripada air di Gua Haji Mangku. Casing underwater action camera saya juga ikut berembun. Entah sudah berapa kali saya menyeka masker saya, tak terhitung, supaya hilang embunnya.
Disebut Cermin barangkali karena airnya yang sangat jernih, sehingga digambarkan dengan namanya Labuan Cermin. Nah karena orang menyebutnya danau dua rasa, maka saat menyelam, saya sengaja memasukkan air ke mulut saya untuk dicecap lidah.... hahaha... baru kali ini saya sengaja merasakan. Kalau di kolam renang... hahaha... pasti ada campuran air kencing dan lainnya ... terbayang pasti tidak akan saya lakukan. Kalau di air laut, otomatis pasti kadang terasa karena air masuk saat snorkle dilepas dan dipasang.
Dua meter pertama air terasa tawar dan dingin. Air ini mungkin mengalir dari mata air di sekitar danau ini yang masih asri dan hijau rimbun. Semoga sumbernya tetap lestari. Di kedalaman dua meter berikutnya, air terasa asin dan visibilitynya lebih pendek, warnanya lebih kebiruan seperti air di pantai pada umumnya, dan yang pasti tidak sejernih air tawar di atasnya. Di bagian bawahnya lagi sebenarnya ada terlihat seperti selapis air lagi dengan warna yang lebih keruh kecoklatan ataupun kemerahan, rasa air ini juga agak asin, namun dari segi suhu terasa lebih hangat. Itulah keunikan danau ini. Anehnya memang air tidak bercampur. Jikalau air dan minyak, pastilah terpisah. Namun air tawar dan air asin yang terpisah, masihlah meninggalkan pertanyaan di benak saya, bagaimana ini bisa terjadi.
Pada lapisan yang tawar, terlihat ikan-ikan kecil berenang di pinggiran, terutama di sekitar dermaga apung tersebut. Di bagian air asin yang tengah juga terdapat ikan, namun ikan yang berbeda, ikan yang lebih besar sekitar sepanjang 20 centimeter dan berwarna seperti putih susu. Saya duga bahwa ada mereka seolah-olah berada di alam yang berbeda dan tidak saling berpindah alam. Bayangkan seolah rumah anda dan rumah tetangga anda menempel, namun dibatasi oleh tembok dari kaca yang transparan.... Begitulah yang saya pikirkan.
Setelah selesai bermain air, kita kembali menaiki kapal kayu dan menaruh barang bawaan di speed boat. Lalu berjalan kaki sedikit untuk mengisi perut yang kelaparan di warung terdekat. Kebetulan warung tersebut tidak siap untuk makanan sebanyak jumlah peserta kita. Alhasil rombongan membantu memasak mie instant dengan tambahan telor ayam, yah namanya darurat. Beberapa potong kue juga dilahap untuk mengganjal. Lalu disambung buah semangka yang dikupas ala kadarnya oleh Mas Ringga Prayudha, seorang guide, tour leader, tour operator yang sempat berrambut kribo dan sekarang sedang mencoba style rambut gimbal. Sayang saya belum mendengar lantunan Bob Marley-nya...: " I shot the sherif, but I didn't shot the deputy...". . Lapar ya... Iya...hahaha...