Masa puasa bagi teman-teman yang beragama Islam sedang berlangsung, masih banyak waktu sampai dengan Hari Raya Idul Fitri 6 dan 7 Juli 2016. Biasanya saat puasa memang aktivitas bermain air sedang surut. Kolam renang sepi. Pulau pun ikut sepi. Rencana awal tanggal 18 Juni akan ke Pulau Pramuka, namun karena berbagai hal, akhirnya diundur menjadi tanggal 25 Juni 2016.
Kali ini memang kita akan lebih banyak berlatih menyelam lebih dalam dan mencoba berlatih dengan prosedur keamanan yang kita tahu. Memang terbatas, tapi tak ada salahnya terus berusaha. Safety first.
Dengan kondisi demikian, trip ini tidak diumumkan ke teman-teman di luar grup Main Air Yuuk. Terutama bagi yang lebih suka snorkeling cantik dan mencari spot-spot foto. Harap maklum.
Akhirnya terdaftar 7 peserta yang serius ikut trip ini, Gunadi, Primustius Chindra, Melanny, Edy, Sam Valentinus, Chandra Wijaya, dan Suching. Pagi itu 25 Juni 2016, enam orang sudah berkumpul di tempat loket karcis Pelabuhan Kaliadem. Tinggal menunggu om Primustius Chindra seorang diri. Kabarnya om Prim habis berpesta menghabiskan satu tower beer semalam. Kita cukup khawatir dan prihatin dengan hal itu. Dalam prosedur freedive, tidak dianjurkan minum minuman beralkohol malam sebelum berapnea. Dianjurkan juga beristirahat yang cukup.
Para peserta sedang menunggu om Prim, akankah dia bangun atau datang hadir di Kaliadem..
Kapal juga biasanya tidak diberangkatkan seluruhnya, karena penumpang kurang dan para pemilik kapal akan merugi. Kali ini ada dua kapal reguler yang berangkat, dengan karcis 45 000 rupiah. Sedangkan kapal cepat Kerapu diberangkatkan dengan tiket 50 000. Kita akhirnya memilih kapal Kerapu dengan tiket 50 000 ditambah dengan 2 000 rupiah untuk peron, dan 2 000 lagi untuk asuransi, jadi 54 000 seorang. Untuk om Prim, kita belikan terlebih dahulu. Waktu terus berjalan dan belum ada tanda-tanda kemunculannya. Akhirnya 15 menit sebelum waktu panggilan kapal, om Prim muncul. Legalah kita semua. Kita sudah bersiap semua, namun ternyata panggilan untuk naik ke kapal agak terlambat kali ini.
Rombongan menaiki kapal Kerapu II di Lintasan I. (foto: Chandra)
Cepat sekali kapal Kerapu II melaju. Segera setelah sampai di Pulau Pramuka, kita menuju ke warung makan Bang Oji untuk mengisi perut. Seharusnya dua jam sebelum freedive tidak dianjurkan makan, namun karena kita akan sedikit santai, jadi tak apa kita makan dahulu. (foto: Melanny)
Dari beberapa warung di dermaga, ada sekitar 3 yang tetap buka melayani para pengunjung yang sedang tidak berpuasa. Tempat makan sebagian ditutup dengan tenda. Suasana makan siang rombongan MAY. (foto: Melanny)
Setelah selesai makan siang, saya, ko Edy, dan Ci Mel, berjalan melihat-lihat homestay mana yang akan kita sewa untuk beristirahat. Sementara yang lainnya dan barang bawaan masih di tempat makan. Alangkah santainya suasana di pulau. Kita bisa berjalan, melihat, dan memilih homestay yang kita mau, tanpa harus berebut dan berdesakan. Hal yang mustahil di akhir minggu non puasa. Akhirnya kita memutuskan memilih homestay ibu Husni di lantai 2 pojok, menjauhi tangga. Lokasi homestay berada di seberang homestay ibu Eko Wiwit, setelah memasuki gang homestay Shafira.
Peta Pulau Pramuka yang terletak di depan Kantor Pos. Peta ini relatif baru, dan cukup membantu kita melihat apa saja yang ada di pulau ini.
Berjalan sampai ujung kiri pulau, kita mendapati dock tempat reparasi kapal, yang posisinya di sekitar depan pasar ikan.
Setelah rombongan membawa barang-barang ke homestay, rombongan berkemas dan persiapan untuk freedive. Setelah makan siang biasanya muncul rasa mengantuk, akhirnya memang kita agak sedikit santai dan tidak terburu-buru, memberi waktu bagi perut untuk mencerna sebaik mungkin.
Setelah dirasa cukup waktu dan siap untuk berangkat, kita ke kembali ke dermaga. Ada kapal kecil yang kita sewa untuk sedikit berkeliling di sekitar pulau. Kapal akhirnya berhenti di spot pondokan Sea garden site. Di situ kita mencoba memasang buoy dan berlatih menyelam dalam. Air saat itu agak keruh, namun bagusnya arus sangat kecil. Jadi cukup nyaman buat menyelam bebas.
Di spot ini terbukti om Prim kurang fit, sehingga saat berlatih rescue, kaki kiri kram dan akhirnya naik ke pondokan dan merelakan diri tergeletak. Syukurlah tidak terjadi apa-apa. Hal yang saya khawatirkan adalah memang dari fisik yang kurang fit, berpengaruh ke pernafasan, menghambat ekualisasi, dan membahayakan diri sendiri dan teman lainnya.
Sementara itu teman yang lain tetap melanjutkan latihan rescue dan latihan constant weight CWT dan free immersion FIM. Walau arus boleh dibilang tidak ada, namun karena masih keruh, alhasil kita tidak mengeksplore bagian dasar di sekitar Sea Garden Site ini.
Chandra, Edy dan Sam di atas kapal. (foto: Melanny)
Berpose di pondokan Sea Garden Site. (foto Melanny)
Bergeser dari Sea Garden Site, kita menuju ke spot lain di sekitar Pulau Pramuka. Air laut masih keruh dan tidak berarus, kita berfun freedive saja. Sementara itu ko Edy dan om Prim melatih hobi barunya spearfishing.
Ko Edy berpose dengan ikan pari hasil tembakannya, bagian ekor yang berduri dan berracun sudah dipotong terlebih dahulu oleh tukang kapal. Katanya racun dari ikan pari ini bisa sampai sebulan bertahan di badan kita, hahaha... seperti apa rasanya... Pasti sungguh menderita. (foto: Sam V)
Setelah selesai bermain di spot ini, kita kembali ke homestay untuk menaruh segala peralatan yang kita bawa tadi. Sebagian langsung mandi dan sebagian lainnya termasuk saya menuju warung makan lagi untuk minum kopi, ngobrol dan makan malam. Baru kemudian kembali ke homestay dan mandi.
HARI KEDUA
Keesokan harinya, tanggal 26 Juni, kita berlatih lagi di dekat taman. Buoy dan tali sudah kita siapkan. Air memang masih keruh, namun hal yang menyenangkan adalah tidak adanya arus, sehingga kita bisa berlatih cukup dalam. Lanyard kita pakai sehingga lebih aman. Om Prim sudah cukup beristirahat semalaman, sehingga badan menjadi lebih fit. Kedalaman 20 meter dilahap dengan cukup mudah baginya. Sementara itu buat saya yang sudah jarang berlatih, agak cukup berat. Alhasil saya bisa mencapai 20 meter lagi. Ini kali kedua saya mencapai 20 meter. Kali ini nafas juga sudah habis-habisan. Sebelumnya di Pulau Payung sempat berhasil 20 meter. Hal yang menggembirakan, kali ini Sam dan ko Edy sudah bisa mencapai 20 meter juga. Sementara itu buat Chandra masih bergulat dengan ekualisasi. Kita semua harus lebih banyak berlatih lagi.
Video latihan kedalaman.
Tiket Kapal Kerapu dari Pulau Pramuka susah untuk didapatkan. Kapal regulerpun nampaknya berangkat lebih awal. Sehingga tinggal tersisa kapal predator dengan tujuan Marina. Tarif kapal predator 150 000 per orang. Setelah tiket dibeli dan masih ada waktu. Om Prim dan ko Edy bermain spearfishing kembali di sekitar dermaga.
Duo spearo, ko Edy dan om Prim. (foto: Melanny)
Om Prim sedang memasang shaft sementara ko Edy sedang mencari mangsa. (Foto: Melanny)
Makan siang sebelum naik ke kapal predator. (foto: Melanny)
Rombongan berpose di dermaga utama, sesaat sebelum naik kapal predator. (foto: Melanny)
Berpose di kapal predator Tasyabi Cruise yang dikelola oleh Sea Leader Marine.
Tasyabi Cruise bagian atas. Sengaja kita memang mencari tempat di bagian dek atas, walau tak ber AC seperti bagian bawah, namun bisa melihat pemandangan luas.
Kapal ini cepat sekali sampai ke tujuan. Dengan 5 mesin terpasang (entah berapa mesin yang dihidupkan saat itu), belum sampai rasa bosan datang, kapal sudah melewati Kaliadem. Samar-samar terlihat bangunan gedung Baywalk. Kapal masih melaju dan akhirnya merapat di Dermaga 17 di Marina, Ancol. Saya, Sam, dan Ci Mel memesan Uber Taxi. Sedangkan yang lainnya harus kembali dahulu ke Kaliadem untuk mengambil motor mereka. Trip yang cukup menyenangkan...
Sampai jumpa di trip selanjutnya...
Salam ...
Main Air Yuuk
Gunadi TK
No comments:
Post a Comment