Di dalam pelabuhan Muara Angke... bersiap mencari parkir dan kontak teman-teman Satu Nafas Freedive yang sudah di lokasi. — at Dermaga Pelabuhan Muara Angke.
Sarapan pagi vegan ala warung depan kapal... hanya 12 000 dolar indonesiah... — at Dermaga Pelabuhan Muara Angke.
Long weekend (14 Mei Kamis, 16 Mei Sabtu - kalender merah, libur) membuat jumlah wisatawan lebih banyak dari biasanya. Jumlah kapal ke Pulau Harapan tidak banyak, sehingga kita harus berdesakan di Kapal Miles 2. — at Dermaga Pelabuhan Muara Angke.
Suasana di dalam Kapal Miles 2 yang penuh sesak, terutama saat kapal belum jalan, membuat kaos basah oleh peluh seperti habis olahraga lari, dengan sangat terpaksa bertelanjang dada, anggap saja seperti di kolam renang. Kaos dilepas untuk diangin-anginkan sampai akhirnya kering kembali. 3 jam di dalam kapal ini... Di dek atas, penumpang juga tidak kalah penuhnya, bahkan lebih berbahaya karena tidak ada pagar pengaman. — at Dermaga Pelabuhan Muara Angke.
Kapal berhenti di Pulau Harapan. Kita semua turun untuk berganti kapal yang lebih kecil dengan kapasitas 30 orang. Ternyata terdapat miskomunikasi sehingga terjadi double booking kapal, perlu waktu untuk menyelesaikannya secara baik-baik. Kita beristirahat sebentar dan makan siang. Di taman terpadu dekat dermaga banyak terdapat penjaja makanan. Siang itu tiga menu melewati kerongkongan... es krim vanila coco, kelapa muda bulat 15 000 rupiah, dan lontong sayur 10 000 rupiah. (foto: Angela Agustina) — at Pulau Harapan Kepulauan Seribu.
Dari Pulau Harapan kita menuju ke Pulau Sepa untuk berkemah. Ijin berkemah tidak didapatkan karena Pulau Sepa sedang penuh. Memang sebenarnya tidak dibolehkan karena dikhususkan untuk tamu resort Pulau Sepa. Akhirnya kita menuju Pulau Papateo. (foto: mas Agung Puma) — at Pulau Papateo, Kepulauan Seribu.
Beberapa kemah dibuka, tiga hammock dipasang. Lalu kita menuju ke pantai untuk berenang ria. Maaf fotonya bertelanjang dada, mencoba wetsuit baru. (foto: mas Agung Puma) — at Pulau Papateo, Kepulauan Seribu.
Suasana pagi hari, bersiap untuk membereskan tenda. Saat malam hari saya mencari di internet posisi Ship Wreck, didapat posisi sebelah Timur pulau. Sayang menurut sang kapten kapal, arus timur sedang kuat sehingga berbahaya. Akhirnya kita menuju Pulau Kayu Angin agar dapat menyelam dengan waktu yang sangat terbatas. — at Pulau Papateo, Kepulauan Seribu.
Menurunkan tali di Pulau Kayu Angin, di latar belakang tampak kapal kecil yang kita sewa. (foto:Devi Junita) — at Pulau Kayu Angin 1000 Island.
Bu Devi Junita mencoba FIM, pemberat di bawah cuma 4 timah @ 2lbs, sehingga tali yang tertarik ke atas dan menyangkut ke snorkel. Snorkel terlepas dan tenggelam ke air. Untungnya saya melihatnya dan belum tenggelam dalam jadi bisa tergapai. Lumayan juga sih harga snorkelnya... (foto: Devi Junita) — at Pulau Kayu Angin 1000 Island.
Di Pulau Kayu Angin, tali diturunkan ke kedalaman 15 meter. Karena berbagai hal antara lain ngobrol 'ngalor-ngidul' dengan teman baru, minum kopi 3 sachet, hujan, maka tidurpun hanya berkisar 1,5 jam. Tidur yang kurang, waktu di Kayu Angin yang sangat terbatas dan agak banyak jumlah peserta yang akan mencoba turun tali, akhirnya didapat 11 meter CWT ke bawah. FIM juga hanya mencoba sekali dan tidak mencapai 15 meter karena lagi-lagi telinga kiri tidak berhasil equalize. (foto: Devi Junita)— at Pulau Kayu Angin 1000 Island.
Gunadi TK
No comments:
Post a Comment