Wednesday, June 15, 2016

2016-05-16 Keajaiban Danau Labuan Cermin, Danau dengan Dua Rasa

Pulau Kaniungan Besar yang baru saja kita tinggalkan memberikan kesan tersendiri. Serasa masih perlu di eksplore dengan teman-teman yang bisa main di tempat yang lebih dalam, yang katanya banyak ikan besar-besar di tengah. Barangkali bersama teman-teman yang mahir spearfishing, bisa juga.

Masih relatif pagi saat kita meninggalkan Pulau Kaniungan Besar, tanggal 16 Mei 2016 ini. Boat membawa kita ke arah utara melewati Teluk Sulaiman. Tak lama kemudian, hampir pukul 10, boat kita sudah sampai di sebuah tempat seperti dermaga nelayan. Itulah Desa Labuan Kelambu, Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur. Boat kita merapat dan kita naik untuk pindah ke kapal kayu milik warga setempat yang lebih tenang dan lebih kecil.

Sampai di pelabuhan di Desa Labuan Kelambu, speedboat berlabuh di sini, dan kita berpindah ke kapal kayu yang lebih tenang untuk masuk terus ke Danau Labuan Cermin. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.

Sebenarnya ini baru sampai dermaga Labuan Kelambu, akan berpindah ke kapal kayu di belakang saya, tapi sudah ditulis Welcome to Labuan Cermin, dianggap pengunjung sudah pasti langsung ke sana.— at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.

Kapal kayu membawa kita melewati sebuah rangka jembatan besi untuk jalan mobil. Setelah melewati jembatan tersebut, kita masuk ke area semacam muara sungai yang luas sekali. Ada pilihan jalan untuk ke kiri maupun ke kanan, lalu kita mengambil jalan yang kiri, akhirnya kapal memasuki area yang lebih kecil. Area inilah yang kita sebut Danau Labuan Cermin. Jadi dari area tempat speedboat kita mendarat sampai Danau Labuan Cermin ini tetap tersambung, sehingga cukup dengan kapal kayu sampai ke area ini, tidak perlu tracking atau jalan di darat lagi. Lain halnya dengan Danau Kakaban dan Gua Haji Mangu yang kita kunjungi sebelumnya, di kedua tempat tersebut kita harus turun dari speed boat dan berjalan lagi karena terpisah oleh daratan.

Kita hanya perlu turun dan naik karena berganti boat saja, dan speed boat kita akan parkir di pelabuhan, namun alur air tetap tersambung, jadi antara lautan dan Danau Labuan Cermin, airnya berhubungan terus. Jadi bisa dimengerti air lautlah sumber air asin dan rasa asin di Danau Labuan Cermin tersebut.

Dermaga untuk naik ke kapal kayu di Dermaga Desa Labuan Kelambu. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.


Berganti dengan kapal kayu setempat, lalu melewati jembatan jalan raya ini untuk masuk ke semacam muara dan kemudian baru masuk ke Danau Labuan Cermin. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.


Memasuki area Danau Labuan Cermin, langsung terlihat berbeda dengan jalur yang kita lalui sebelumnya. Permukaan air yang jernih, kebiruan, sehingga kita bisa melihat sampai ke dasar, pohon-pohon yang tumbang, batu-batu dan sebagainya.

Kapal kita mendarat di dermaga mengapung berupa drum bekas yang sudah diberi lantai potongan kayu yang rapih. Tak menyia-nyiakan waktu kita segera memakai peralatan main air. Saya sendiri masih memakai rash guard hitam yang dipakai saat main air di Pulau Kaniungan Besar. Byuur.... terasa sekali air yang dingin.

Masker saya langsung berembun. Baru kali ini saya merasakan air yang sedingin ini di trip ini. Rasanya air di Danau Labuan Cermin ini lebih dingin daripada air di Gua Haji Mangku. Casing underwater action camera saya juga ikut berembun. Entah sudah berapa kali saya menyeka masker saya, tak terhitung, supaya hilang embunnya.

Disebut Cermin barangkali karena airnya yang sangat jernih, sehingga digambarkan dengan namanya Labuan Cermin. Nah karena orang menyebutnya danau dua rasa, maka saat menyelam, saya sengaja memasukkan air ke mulut saya untuk dicecap lidah.... hahaha... baru kali ini saya sengaja merasakan. Kalau di kolam renang... hahaha... pasti ada campuran air kencing dan lainnya ... terbayang pasti tidak akan saya lakukan. Kalau di air laut, otomatis pasti kadang terasa karena air masuk saat snorkle dilepas dan dipasang.

Dua meter pertama air terasa tawar dan dingin. Air ini mungkin mengalir dari mata air di sekitar danau ini yang masih asri dan hijau rimbun. Semoga sumbernya tetap lestari. Di kedalaman dua meter berikutnya, air terasa asin dan visibilitynya lebih pendek, warnanya lebih kebiruan seperti air di pantai pada umumnya, dan yang pasti tidak sejernih air tawar di atasnya. Di bagian bawahnya lagi sebenarnya ada terlihat seperti selapis air lagi dengan warna yang lebih keruh kecoklatan ataupun kemerahan, rasa air ini juga agak asin, namun dari segi suhu terasa lebih hangat. Itulah keunikan danau ini. Anehnya memang air tidak bercampur. Jikalau air dan minyak, pastilah terpisah. Namun air tawar dan air asin yang terpisah, masihlah meninggalkan pertanyaan di benak saya, bagaimana ini bisa terjadi.

Pada lapisan yang tawar, terlihat ikan-ikan kecil berenang di pinggiran, terutama di sekitar dermaga apung tersebut. Di bagian air asin yang tengah juga terdapat ikan, namun ikan yang berbeda, ikan yang lebih besar sekitar sepanjang 20 centimeter dan berwarna seperti putih susu. Saya duga bahwa ada mereka seolah-olah berada di alam yang berbeda dan tidak saling berpindah alam. Bayangkan seolah rumah anda dan rumah tetangga anda menempel, namun dibatasi oleh tembok dari kaca yang transparan.... Begitulah yang saya pikirkan.

Air yang jernih di Danau Labuan Cermin. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.


Video YouTube saat menyelam di tepi dermaga ponton, terlihat ikan air tawar kecil-kecil yang lucu.


Video YouTube saat menyelam melewati sela-sela batang pohon yang tumbang di dasar danau..


Video YouTube Ocha belajar freedive 

.
Gunadi memegang banner Derawan Fisheries.


Tante Devi Junita Setiawan dengan banner Derawan Fisheries.

Rombongan berpose di Danau Labuan Cermin. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.

Kembali ke Desa Labuan Kelambu. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau.

Makan siang menu mie instant, darurat di warung Melinda di Desa Labuan Kelambu. — at Labuhan Cermin, Biduk - Biduk, Berau..

Setelah selesai bermain air, kita kembali menaiki kapal kayu dan menaruh barang bawaan di speed boat. Lalu berjalan kaki sedikit untuk mengisi perut yang kelaparan di warung terdekat. Kebetulan warung tersebut tidak siap untuk makanan sebanyak jumlah peserta kita. Alhasil rombongan membantu memasak mie instant dengan tambahan telor ayam, yah namanya darurat. Beberapa potong kue juga dilahap untuk mengganjal. Lalu disambung buah semangka yang dikupas ala kadarnya oleh Mas Ringga Prayudha, seorang guide, tour leader, tour operator yang sempat berrambut kribo dan sekarang sedang mencoba style rambut gimbal. Sayang saya belum mendengar lantunan Bob Marley-nya...: " I shot the sherif, but I didn't shot the deputy...". . Lapar ya... Iya...hahaha...


Salam main air...
Gunadi TK


No comments:

Post a Comment