Thursday, May 19, 2016

2016-05-11 Jakarta – Balikpapan Bandara Sepinggan Sultan Aji Muhammad Sulaiman


Akhirnya hari yang kunanti-nanti tiba… 11 Mei 2016. Oh iya semalam packing, tas carrier AVTech diisi dengan long fin, rash guard, snorkel, masker, kamera, hape, baju ganti, hammock, tali dan berbagai macam barang pernak-pernik berkaitan dengan trip main air ini. Rasanya masih kurang yakin, saya coba cek barang-barang sekali lagi. Cukup lengkaplah sudah. Acara trip ini membuat jantung berdebar-debar dan hati berbunga-bunga. Bagaimana bisa begitu ? Hahaha… baik lah saya bercerita mundur ke belakang lagi.

Mulanya seorang teman memberitahu ada lomba di instagram dari Derawan Fisheries. Dipilih 20 orang, mendapatkan akomodasi gratis, makan, minum, transportasi selama di lokasi. Meeting point di Berau. Tiket sampai ke Berau dan pulangnya tanggung sendiri. Bagusnya adalah bermain air bersama stingless jelly fish Kakaban, penyu, manta rays, dan whale shark. Itu semua satwa air idaman yang belum pernah saya dekati. Saya meminta ijin istri tersayang, sebelum saya mengirimkan Instagram dan email minat keikutsertaannya. Istriku mengijinkan, ah senangnya. Gayungpun bersambut, panitia mengabulkan keikutsertaan saya.

Lalu tiketpun saya pesan. Dicari yang ekonomis, namun penerbangan yang flag carriernya relatif baik reputasinya. Untuk pesawat berangkat saya pilih Sriwijaya Air, hanya Rp 658 000 untuk tiket Jakarta - Balikpapan - Berau. Tiket pulangnya lebih mahal dari tiket berangkat, semua penerbangan seperti itu, padahal jaraknya khan sama… Rupanya mereka semua kompak dengan strategi itu. Tiket pulang sore hari akhirnya saya pilih dari Garuda, yang sedang diskon sepuluh persen melalui TiketDotCom dan harus booking dari aplikasi Android. Lumayanlah.

Pesanan tiket Jakarta - Balikpapan - Berau.

Dengan satwa yang luar biasa di list di atas tadi, dan ini trip main air saya kedua setelah ke Amed dan Tulamben, yang naik pesawat, dan semakin mahal harga tiketnya dan semakin jauh lokasinya. Hebat, bukan ? Teman-teman sepermainan air sudah terbiasa pergi ke Takabonerate, Togean, Komodo, Raja Ampat, dan tempat-tempat menarik lainnya. Saya sudah bersyukur mendapatkan kesempatan trip Derawan Fisheries ini.

Rencana meninggalkan rumah dan pekerjaan ini, membuat saya merasa harus agak terlambat mandi sore. Saya bermain dengan Halvor, anjing husky peliharaan istri dan anak-anak saya. Setelah itu saya mandi. Lalu makan dan membereskan foto di instagram. Anak kedua saya, Grace, belum mau tidur, akhirnya kita mengobrol sampai dia tertidur. Dan saya melanjutkan editan foto untuk Instagram saya.

Tiga buah gadget saya set alarmnya pada pukul 3:15, 3:30, dan 3:30. Alhasil saya tidak sempat tidur dan alarm menjadi mengingat waktu saja, bukan membangunkan, karena saya tidak sempat tidur.

Saya bergegas ke kamar mandi dan membasuh badan. Ganti baju, dan memesan taksi Blue Bird melalui hp android. Pukul empat pagi, hari Rabu, 11 Mei 2016, taksipun sudah siap di depan pagar rumah, dan saya melangkah memasuki taksi, lalu melambaikan tangan ke istri tercinta.

Sriwijaya Air pernah saya naiki saat ke Tanjung Pandan, beberapa tahun lalu. Ada dua teman anggota rombongan trip yang bertemu saat akan mau memasuki pesawat, Ibu Evi Indrawanto dan Bang Riza Firmansyah, mereka sudah check in bersamaan. Kita bersama memasuki pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 160. Pesawat ini adalah pesawat menuju Tarakan yang berhenti selama 20 menit di Balikpapan sebelum melanjutkan penerbangannya. Pesawat.dengan nomor sayap PK-CMR ini adalah pesawat Boeing 735-800NG dengan komposisi tempat duduk 3 di kiri dan 3 di kanan, kecuali untuk kelas bisnisnya.

Suasana di dalam pesawat sebelum keberangkatan.

Pesawat mendarat dengan mulus di Bandar Udara Sepinggan, pagi itu. Waktu di Balikpapan lebih maju satu jam dari waktu Jakarta, sehingga apa yang tertera di jam tangan saya harus ditambahkan satu jam untuk
waktu lokalnya. Saat mendarat tidak disangka ada sorang gadis memberi salam. Rupanya dia juga salah satu peserta trip ini, Rosa Cornelia Gusfa. Dan sayapun teringat dari kuku-kuku tangannya yang dicat kuku warna hitam, dan di sebelahnya seorang pria berperawakan sedang yang rupanya baru dikenalnya di pesawat karena duduk tepat di sebelahnya. Mereka duduk tepat di depan bangku saya, tadinya saya pikir mereka adalah pasangan muda yang akan ber-honey-moon ria... Ah sempitnya dunia...

Berpose di Bandara Balikpapan, kiri ke kanan: Gunadi, Ibu Evi, Rosa, Riza.

Kamipun segera berkenalan dan akrab dengan mas Setra Kusumawardana yang duduk di dekat Rosa. Memang seorang pria dengan pribadi yang supel, dan ternyata seorang trainer dan motivator, pantas saja cepat akrab dengan siapa saja, terutama gadis cantik...hahaha....

Kita melihat dahulu Bandar Udara  Sepinggan di Balikpapan ini.

Gedung lama Bandara Sepinggan, dengan bentuk atap tradisional.

Saat peresmian terminal baru Bandara Sepinggan, ditetapkan nama baru Bandara Sepinggan adalah Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (berita klik di sini). Sultan Aji Muhammad Sulaiman memerintah di 1850 hingga 1899. Bergelar Al Adil Khalifatul Amurul Muminin Kartanegara ing Martadipura ke-17, Sultan Aji dikenal memiliki andil dalam kemajuan Kaltimantan melalui kerajaan Kutai di masa pemerintahan Hindia Belanda. Sulatan Aji yang menghapus perbudakan di Kalimantan Timur ini.

Baliho Sultan Aji Muhammad Sulaiman.

Bandara Sultan Aji memiliki terminal baru yang lebih luas 110.000 meter persegi dari sebelumnya hanya 17.000 meter persegi. Sebelas garbarata melengkapi terminal baru ini. Bandara dirancang mampu menampung 10 juta penumpang per tahun, dilengkapi terminal kargo baru, hanggar baru, apron, shelter air untuk alat berat, hingga gedung parkir superluas. Semua pembangunan ini menelan biaya hingga Rp 2,05 triliun.

Bangunan baru Bandara Sepinggan.

Bangunan yang modern.

Bersih.

Lega.



Alat dispenser air layak minum, tersedia di dalam ruang boarding. Cukup mengisi botol air minum anda di sini. Selain menghemat uang, juga membantu mengurangi penggunaan kemasan plastik. Hanya saja saya mengamati jarang sekali pengunjung yang menggunakan fasilitas ini.

Buat saya, bandara ini cukup besar, luas, nyaman, dan bersih. Hal yang perlu ditambahkan berikutnya adalah artistik dari bangunan, bagi saya bangunan ini terkesan polos, pucat, kekurangan warna dan desain artistiknya, baik secara interior maupun eksterior. Pun kurang terdapat sentuhan lokal seperti motif-motif dayak lokal. Barangkali sebagian orang masih menganggap bahwa modern itu harus seperti itu dan tradisional adalah kampungan. Semoga saja bukan karena hal tersebut 


Semoga...

Gunadi TK







No comments:

Post a Comment