Luar biasa melihat empat macam ubur-ubur di Danau Kakaban, setelah itu kita bisa fun freedive di sebelah kanan dermaganya jikalau saat keluar dari pulaunya. Ada dinding yang cukup dalam, kita turun sampai 15 meter. Sebelah kiri arah keluar pulau juga bagus. Menurut teman kita Darius yang pernah ke sana, sebelah kiri lebih bagus karangnya, demikian juga wall-nya. Tapi tak apalah, tidak ada yang khusus, hanya mengobati keinginan bermain agak sedikit dalam daripada hanya snorkelingan.
Masih tanggal 13 Mei 2016 ini, banyak spot di hari ini, dan saat ini kita mengunjungi Pulau Sangalaki. Pulau Sangalaki dikenal sebagai pulau tempat penangkaran penyu. Saya sudah melihat penangkaran penyu di Pulau Pramuka, sehingga bukan hal baru lagi untuk saya melihat sebuah tempat penangkaran penyu.
Masuk ke Pulau Sangalaki, sebuah wilayah konservasi.
Beberapa tukik (anak penyu) yang berada di kolam penangkaran, kita coba ambil dan dibawa ke pasir pantai. Kita mencoba melepaskan mereka dari jarak 3 meter dari air. Semua tukik berjalan ke arah laut, tidak ada arah yang lain. Di sini saya berfikir memang Tuhan itu Maha Besar. Hewan sekecil tukik sudah diberi naluri langsung ke air, kembali ke habitatnya. Tukik-tukik tersebut sebelum mencapai air, kita ambil kembali untuk dimasukkan ke bak penampungan sementara. Maaf ya...
Menurut sang petugas tempat penangkaran, telur yang ditemukan akan segera diambil oleh petugas, dikumpulkan dan ditetaskan. Jikalau menetasnya malam hari, maka keesokan harinya saat malam, tukik tersebut akan dilepaskan.
Tak lama, turun hujan gerimis. Setelah hujan reda, muncullah sebusur pelangi di kejauhan.
Di sekitar Pulau Sangalaki, kitapun mencari ikan pari manta, manta ray, hanya didapatkan satu ekor dan berenang cepat sekali. Saya tidak sempat melihatnya dan tidak sempat mengabadikannya. Ada teman yang sempat memotretnya. Konon memang sedang tidak musim manta ray, sehingga sulit ditemui.
Semoga lain kali bertemu dengan manta ray yang jumlahnya agak banyak, sehingga bisa melihat dengan mata kepala sendiri, tarian manta ray yang indah.
Air di Gua Haji Mangku sungguh dingin dan segar. Badan serasa habis mandi, tidak perlu bilas lagi... hahaha... Masih tanggal 13 Mei 2016, siang itu kita melanjutkan perjalanan menuju Pulau Kakaban. Kapal mendarat di dermaga kayu di Pulau Kakaban yang tidak jauh dari Pulau Maratua.
Kali ini saya bertemu lagi dengan bang Erik Akbar, seorang instruktur selam yang sedang menguji mas Setra dan beberapa temannya naik tingkat ke level Advance.
Bertemu lagi dengan bang Erik Akbar di Pulau Kakaban. Bang Erik sedang membawa muridnya untuk ujian open water Scuba Diving level Advanced. — at Pulau Kakaban.
Siang itu rombongan beristirahat di pasir pantai, rantang bekal makan siangpun dibagikan. Menu standard nasi, krupuk, sayur dan ayam, lumayan buat mengisi perut. Di pantai ini saya jumpai banyak kelomang kecil, rasanya lucu. Dulu saat kecil, saya hanya menjumpai kelomang yang dijual oleh abang-abang, sayapun membelinya, namun biasanya tidak bertahan lama dan kemudian mati.
Bersantai dan makan siang di pantai di Pulau Kakaban, sejenak sebelum masuk ke Danau Kakaban. — with Vira Anggraeni at Pulau Kakaban.
Setelah makan siang selesai, rombongan lalu masuk ke pintu gerbang dan berjalan di jalan yang dibentuk seperti jembatan yang terbuat dari papan kayu. Tidak terlalu lama berjalan, sedikit naik, lalu sudah terlihat sebuah permukaan air di kejauhan. Maju sedikit lagi, mulai terlihat jalan kayu menurun dan Danau Kakaban ada di ujung jalan tersebut.
Konon Danau Kakaban tadinya menyatu dengan lautan, namun oleh karena suatu proses alami, danau menjadi terpisah dengan lautan. Danau Kakaban ini cukup luas. Dengan terpisahnya danau oleh lautan, maka predator ubur-ubur tersebut sudah tidak ada lagi. Melalui proses evolusi yang berlangsung lama sekali, ubur-ubur tersebut kemudian kehilangan kemampuan menyengatnya karena tidak diperlukan lagi pembelaan diri.
Ada empat jenis ubur-ubur yang terdapat di Danau Kakaban ini. Pengunjung tidak diperbolehkan memakai fin (kaki katak) karena dikhawatirkan membunuh ubur-ubur yang sangat langka tersebut. Penggunaan alat pelampung seperti ban, life vest, dan masker serta snorkel diperbolehkan.
Ada 4 jenis ubur - ubur di Danau Kakaban, dan jenis ini yang paling terkenal. — at Danau Kakaban.
Lucu yah... kadang-kadang jika di laut kita merasa seperti digigit serangga kecil-kecil yang ternyata antara lain sengatan dari ubur-ubur. Rasanya agak menjengkelkan. Tapi di danau ini, kita tidak perlu takut lagi akan sengatan ubur-ubur tersebut.
Video bermain air bersama Stingless Jellyfish.
Saat naik kembali ke jalan kayu, ada beberapa kali seperti rasa digigit sesuatu di dalam baju rash guard saya. Saya pikir itu semacam hewan air yang masuk ke baju dan menggigit kulit saya. Saya tidak tahan dengan gigitannya yang mengganggu. Secara reflek saya pukul bagian tersebut, namun yang terlihat adalah seekor lalat hijau muda yang cukup besar yang mati setelah dipukul telapak tangan saya. Ternyata lalat hijau tersebut menggigit kulit dan bisa melewati baju rashguard saya. Anehnya hanya saya yang berbaju hitam yang digigit, rekan lain yang tidak berbaju hitam, bebas dari gigitan lalat tersebut. Dan anehnya saat sebelum masuk ke air danau, sebelumnya tidak ada gigitan lalat tersebut. Beberapa ekor lalat mengikuti sampai ke kapal. Ah... tak apalah... yang penting sudah menambah pengetahuan dan pengalaman baru...
Keluar dari dermaga, di sebelah kanannya terdapat dinding yang cukup dalam, kita turun sampai 15 meter. Beberapa teman yang ikut serta Tante Devi, Darius, Agnes, Mas Angga dan Mas Dhaniel.
Rasanya ingin berlama-lama di Maratua Paradise Resort yang terletak di Pulau Maratua. Namun siang itu, hari Jumat, 13 Mei 2016, kita harus melanjutkan ke acara berikutnya. Kita akan pergi untuk loncat tebing (cliff jumping) di Gua Haji Mangku dan masih di Pulau Maratua juga.
Tanjung Batu dan Kepulauan Derawan.
Tidak perlu lama untuk ke lokasi Gua Haji Mangku, cukup bergeser ke pantai lain. Kontras dengan pantai di Maratua Paradise Resort yang apik berdasar pasir dan berair jernih, pantai di lokasi gua ini airnya agak keruh dan pantainya kurang terurus. Dermaga kayunyapun terkesan agak darurat.
Kita berjalan sebentar melewati sedikit bukit kapur yang cukup tajam bila tidak memakai alas kaki. Gua Haji Mangku (beberapa orang menyebutnya Ajimangku, entah mana yang betul) terlihat seperti dua lubang dari atas tanah. Satu lubang besar tempat kita bisa meloncat, dan satu lubang kecil yang tidak bisa dilompati. Lubang kecil ini merupakan tempat kita keluar setelah meloncat dan bisa juga tempat masuk ke air bagi yang tidak mau meloncat. Di antara lubang itu terdapat lorong gua yang menghubungkan keduanya, semuanya berisi air, jadi kita bisa berenang. Air di gua ini jernih, dasar gua bisa terlihat, berasa tawar dan dingin segar.
Lubang utama Gua Haji Mangku, tempat untuk cliff jumping. — at Pulau Maratua, Berau.
Kita hanya dapat meloncat (cliff jumping) di lubang utama saja. Ketinggian loncat berkisar sekitar 5 meter. Kedalaman air sekitar 15 meter. — at Pulau Maratua, Berau. Foto: @derawanfisheries.
Video Gua Haji Mangku dan sebagian yang meloncat yang ditampilkan di video ini. Sebagian peloncat lainnya tidak dimasukkan dalam video ini. Dan sebagian lainnya ragu dan takut untuk melompat. — at Pulau Maratua, Berau.
.
Biasa untuk bagian turun dan naik, dan manjat-manjat, saya bagian yang agak belakangan. Sesampai di lokasi, sudah ada yang sudah meloncat. Sayapun bersiap untuk meloncat, antri menunggu giliran. Sementara semuanya loncat dengan gaya kaki duluan, saya ingin mencoba loncat tangan dahulu, semacam gaya Johny Weismuller, pemeran film Tarzan tempo doeloe. Saya segera menanyakan ke para peserta yang di bawah, apakah cukup dalam airnya. Setelah mereka menjawab airnya dalam, barulah saya mengambil posisi. Ada rasa ragu untuk meloncat, tapi saya beranikan diri juga. Saat melayang ada yang luar biasa, susah untuk diceritakan, lebih seru dari sekedar naik jet coaster. Karena arah loncat yang kurang bagus, saat hampir mengenai permukaan air, posisi kaki kanan saya menekuk dan seluruh badan terlewat dan akan membalik, sehingga posisi masuk menyentuh air tidak seperti jarum yang masuk menusuk ke kain. Tak apalah, saya bukan seorang atlet dan tidak ada penilaian untuk itu.
Setelah berada di air, badan rasanya segar semua, maklum air yang jernih dan dingin, air tawar. Lalu saya berenang ke gua penghubung dan naik melalui lubang kedua.
Seru bukan ? Ada bagian yang belum diceritakan di atas. Saat sebelum saya meloncat, rekan saya Diyan meloncat membawa action cam Go Pro nya. Saat meloncat, pegangan terlepas dan go pro jatuh ke bawah, tenggelam. Beberapa sibuk mencari. Setelah saya loncat dan naik kembali, saya mengambil masker dan long fin saya. Kali ini saya masuk kembali melalui lubang kedua, lalu berenang masuk ke lubang utama.
Saya mencari di sekitar posisi jatuh dan anehnya tidak nampak Go Pro dan tongkat narsisnya yang panjang berwarna terang. Kalau sudah terlihat, jikalau kita tak mampu meraihnya, bisa saja kita mencoba mencari akal. Lagipula air tawar relatif lebih mudah diselami daripada air laut. Demikian pikir saya. Saya meminta yang mencari untuk melokalisir dan melihat dahulu apakah terlihat atau tidak. Anehnya kita semua sudah mencari dan tidak terlihat. Saya sendiri mungkin sudah menyelam sedalam hampir 10 meter dan tidak melihat apapun. Hanya terlihat batu, dahan-dahan yang jatuh. Lalu terlintas rasa aneh dan pemikiran aneh di kepala saya. Ah... barangkali memang ada yang ingin agar benda itu tidak ditemukan. Daripada kita memaksa mencari di tempat yang baru sekali ini kita bermain, rasanya kurang nyaman, kalau tidak disebut mengambil resiko terlalu jauh.
Salah seorang teman peserta ada yang diberi kemampuan melihat alam lain. Dia bercertia saat kembali ke Derawan Fisheries, tempat kita menginap, bahwa memang ada sosok seorang lelaki tua yang duduk di atas tebing di seberang batu kita berdiri di air. Kakek tersebut mengamati kita semua dan mengamati yang menyelam juga. Saya tidak ingat apakah dia bercerita bahwa ada mahkluk gaib lain atau tidak. Tapi itu menambah keyakinan saya bahwa memang sebaiknya tidak perlu dicari kembali.
Penduduk di sekitar itu memang biasanya suka mencari barang yang hilang milik pengunjung. Mereka sudah terbiasa dengan alam dan penghuni tempat tersebut.
Yah... yang penting semua merasakan berenang di sana ... dan itu cliff jumping pertama saya....
Pagi yang cerah, seperti yang kita semua harapkan dan doakan sesaat setelah makan malam kemarin di area Resto Derawan Fisheries, saya bermain air mengamati seekor penyu yang besar. Pagi ini , hari Jumat, tanggal 13 Mei 2016, saya tidak perlu bilas dan mandi lagi, cukup sekedar duduk manis sampai rashguard hitam saya mulai sedikit kering. Melanjutkan makan pagi dengan menu nasi goreng.
Pemandangan water villa dari Derawan Fisheries.— at Derawan Fisheries.
Hari ini jadwal kita mengunjungi Pulau Maratua, Gua Haji Mangku, Pulau Sangalaki, dan Pulau Kakaban. Rombongan terlihat agak santai menaiki speed boat. Ini pagi pertama kita di Derawan Fisheries. Suasana liburan sangat terasa, apalagi bagi mereka yang hobby tidur panjang, agak sulit mengumpulkan peserta untuk segera berangkat.
Bersiap menaiki speed boat untuk melakukan perjalanan hari ini. — at Derawan Fisheries.
Setelah lengkap, speed boatpun melaju. Dalam perjalanan ini kita bertemu dengan sekawanan lumba-lumba liar. Nahkoda speed boatpun segera melambatkan laju speed boatnya dan memberi tahu semua penumpang. Semua peserta di dalam speed boatpun segera heboh. Semua berebut untuk mengabadikan peristiwa ini. Alhasil semua jendela terisi berbagai macam kamera. Sampai-sampai nahkoda kapal harus mengingatkan untuk menyeimbangkan speed boat agar tidak miring dan tenggelam, jadi peserta tidak boleh berkumpul di satu sisi speed boat saja. Ahahaha....
Video perjumpaan dengan lumba-lumba liar.
Tak terasa kita sampai di sebuat resort yang indah di Pulau Maratua. Kita hanya akan mampir sejenak untuk berfoto ria, melihat-lihat, dan loncat-loncatan dari dermaga ke air yang jernih. Di sini pantainya berdasar pasir yang putih, dan tidak nampak seekor bulu babipun. Tempat yang bagus untuk berfoto dan bererenang. Namun buat saya saat itu rasanya saya lebih menyukai laut yang berkarang dan beraneka satwa air di dalamnya.
Video suasana di dermaga resort dan di jalan papan resort.
Resort ini dimiliki oleh warga negara asing. Konon memang harganya cukup tinggi buat kita. Jikalau anda mempunyai budget yang cukup longgar, tak ada salahnya mencoba menginap di sini. Namun bila budget sangat terbatas, cukuplah menginap di Derawan Fisheries dan mampir saja ke tempat ini seperti saya.
Rasanya waktu sangat singkat dan tidak akan pernah cukup jika kita sedang menyukai sesuatu... Namun kita harus melanjutkan perjalanan untuk memenuhi agenda hari ini...