Setelah pesta resepsi selesai, kita bermain ke beberapa lokasi wisata di pulau ini. Dengan keterbatasan waktu yang ada, maka berkelilinglah kita ke beberapa tempat yang mampu kita jelajahi dari segi waktu yang tersisa.
Boarding pass ... Saat itu ada dua pilihan penerbangan yang cukup terjangkau, antara Batavia Air dan Sriwijaya Air. Pilihan jatuh pada Sriwijaya Air.
Pesawat Boeing 737-300 ini memiliki konfigurasi tempat duduk 3 di kiri, 3 di kanan.
Sampailah di Bandara. — at Bandara H.AS. Hanandjoeddin Air port - Tanjung Pandan Belitung.
Pesawat Sriwijaya Air, mendarat. — at Bandar Udara H. AS. Hanandjoeddin.
Peta Belitung Barat — at Tanjung Pandan Belitung.
Peta Belitung Barat — at Tanjung Pandan Belitung.
Berhubung acara di dalam kota, maka dipilihlah hotel di dalam kota, agar memudahkan transportasi dan pengaturan waktunya, Hotel Billiton. Saat berjalan ke arah pantai menuju Pulau Lengkuas, banyak hotel baru yang sedang dibangun, lokasinya di luar kota Tanjung Pandan. Pariwisata ke Pulau Belitung sedang berkembang. Hal ini antara lain karena keindahan alamnya yang terekspos dalam film Laskar Pelangi.
Sebelum Hotel Billiton ini berdiri, sudah terdapat peninggalan khas tempat persembahyangan ini. Pihak hotel tetap menjaga kelestarian peninggalan budaya ini dalam suatu ruangan khusus, mereka menyebutnya Toapekong.
Warung kopi merupakan salah satu tempat berinteraksinya warga Belitung. Sembari menyeruput kopi, obrolan menjadi santai dan lebih cari. Obrolanpun bisa kesana kemari dari satu topik ke topik lainnya. Dengan berjalan kaki di sekitaran hotel, kita dapat menemukan warung Kopi Kong Djie, yang konon sudah ada sejak 1945 — at Tanjung Pandan Belitung.
Lima ribu kopi Kopi Kong Djie. Kalau enam ribu rupiah pakai susu kental manis. Gelas kedua di pagi ini (30 Feb 2012). Kemarin satu gelas. — at Tanjung Pandan Belitung.
Tak jauh dari hotel, hitung-hitung olahraga pagi setelah menyeruput segelas kopi, kita dapat menemukan Pantai Tanjung Pendam. Pantai ini sudah tidak indah lagi, kabarnya korban dari penambangan timah di masa lalu.
Ada beberapa warga setempat yang sedang berjalan membawa ember kecil, botol kecil, dan sebatang lidi. Rasa ingin tahu membuat saya mendekati dan melihat aktivitas ini. Ternyata si ibu yang saya temui ini sedang mencari sejenis kerang bambu. Batang lidi tersebut dicelupkan ke dalam botol berisi air kapur, lalu dimasukkan ke dalam lubang pada pasir. Mungkin sang kerang akan merasa panas dan akan muncul ke luar pasir untuk mencari hawa segar. Saat itulah saat yang tepat bagi si ibu untuk mengambil sang kerang tersebut.
Beberapa anak kecil mencari kerang dara di dalam air di pantai yang dangkal. Tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya.
Rupanya di Belitung akan segera diadakan pemilihan pemimpin daerah baru. Sebuah baliho yang cukup lebar berisi ajakan bagi warga untuk tidak memilih calon pemimpin yang mendukung penambangan melalui kapal yang menghisap pasir di laut. Tentunya efek dari kapal hisap tersebut adalah rusaknya ekosistem laut yang berimbas kepada kehidupan dan mata pencaharian warga setempat.
Masih di dalam kota Tanjung Pandan, dengan jarak yang masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki, kita akan menemukan rumah Kapiten Phang Tjong Toen — at Tanjung Pandan Belitung.
Rumah Kapiten Phang Tjong Toen — at Tanjung Pandan Belitung.
At Pantai Tanjung Tinggi (Laskar Pelangi Beach).. Salah satu keunikan pantai di daerah Belitung adalah batu-batu yang super besar ini. Melihat foto pantai dengan batu-batu sebesar ini, orang pasti akan langsung menebak bahwa ini pasti di daerah Belitung.
Bentuk susunan batu yang menyerupai kepala burung dengan paruhnya, menyebabkan daerah ini disebut pantai Batu Garuda — at Pantai Tanjung Tinggi (Laskar Pelangi Beach).
Menara mercu suar ini dibangun 1882, tentunya oleh Belanda — at Pulau Lengkuas, Belitung.
Mercu suar Pulau Lengkuas dibangun tahun 1880, laporannya ke Tanjung Priok, Jakarta. Nah, mana yang betul ... tahun 1880 atau 1882 ? — at Pulau Lengkuas, Belitung.
Dengan usia bertambah dan bobot badan yang bertambah juga, naik tangga sampai di atas diperlukan niat yang ekstra. Total 18 lantai. Bangunan luar merupakan cangkang besi yang di baut satu sama lain. — at Pulau Lengkuas, Belitung.
Hehehe... tinggi juga ya. — at Pulau Lengkuas, Belitung.
Perjuangan naik sampai ke atas mercu suar terbayar sudah dengan pemandangan yang indah.— at Pulau Lengkuas, Belitung.
Berapa jumlah "kaki" bintang laut ? Selalu kita lihat bintang lima. Semua yang saya tanya selalu menjawab begitu juga. Sampai saat saya berenang mau menepi dan mata saya melihat si ajaib ini di air. Begitu banyak bintang laut berserakan di dalam air dan gampang sekali terinjak. Kemungkinan begitu kecilnya untuk menemukan yang lain ini. Lalu saya ambil dan saya ambil dua ekor lagi sebagai temannya. Saya kasih tahu yang lainnya. Ada yang penasaran dan mencoba mencari si kaki empat lagi, tapi tak ketemu. Karena mahluk ini hidup, saya hanya sebentar memotretnya di atas meja kayu, lalu buru-buru memasukkan lagi ke air laut. Potretnyapun ternyata kurang tajam. Tapi saya bersyukur diberi kesempatan menemukan, memegangnya dan memamerkannya.
"Aku pulang..." Suasana terminal keberangkatan. Agak lumayan ... panas. Suasana terminal kedatangan aduhai ramai dan berantakan, mirip suasana terminal bus antar kota... — at Bandar Udara H. AS. Hanandjoeddin.
Suatu saat ... jikalau Tuhan masih mengijinkan, saya akan datang lagi... masih banyak tempat yang menarik untuk dilihat di daerah ini, sebut saja replika SD Gantong yang terdapat di film Laskar Pelangi, Museum Kata Andrea Hirata, Danau Kaolin bekas peninggalan penambangan, dan yang pasti underwater di beberapa pulau di sekitar Belitung ini... Jikalau teman-teman belum pernah ke sana, tak ada salahnya menyempatkan diri mengunjunginya...
Salam
Main Air Yuuk...
Gunadi TK
No comments:
Post a Comment